DXY
Melonjaknya Indeks dolar AS (DXY) telah terbukti hampir tak terbendung. Sementara Presiden AS, Donald Trump, menyesalkan kekuatannya di Twitter, greenback terus melonjak pada awal minggu ini, membawa indeks Bloomberg untuk mata uang AS ke level tertinggi 2019.
Dolar menguat karena investor beralih ke aset berisiko seperti saham dan menjauh dari aset safe haven seperti Treasury, yang mendorong hasil utang AS dan mendukung mata uang Amerika.
Kemajuan nyata dalam negosiasi perdagangan membantu melambungkan sentimen, seperti halnya prospek stimulus tambahan di Jerman. Indeks Bloomberg mencapai level tertinggi hari itu setelah Presiden Federal Reserve Boston, Eric Rosengren, meremehkan perlunya pemotongan suku bunga lebih banyak.

John Velis, ahli strategi mata uang di Bank of New York Mellon, mengatakan:
“Kami telah skeptis bahwa pelonggaran Fed dengan sendirinya akan menghancurkan dolar. Dengan bank sentral lain yang diperkirakan akan memangkas [suku bunga] sebanyak atau bahkan lebih dari The Fed, kami selalu berpikir akan lebih dari sekedar perbedaan kebijakan untuk melemahkan mata uang. Komentar hawkish dari Presiden Fed Boston Rosengren hari ini menggarisbawahi kurangnya kekuatan pada dolar yang berasal dari ekspektasi kebijakan.”
Indeks mata uang AS naik sebanyak 0,3%, mendorongnya melewati puncak Mei ke level terakhir yang terlihat pada bulan Desember. Dolar AS naik sebanyak 0,3% terhadap Yen, sementara Euro tergelincir sebanyak 0,1% terhadap mitra Amerika.
Imbal hasil (yield) obligasi Treasury 10-tahun naik menjadi 1,60% dan S&P 500 bergerak lebih tinggi sebesar 1,2%.
Secara seksama, kenaikan DXY ini sebenarnya masih dibentuk atas harapan pasar ditengah kekhawatiran resesi yang masih bersifat semu, dimana jika dilihat dari pertumbuhannya, Indeks ini masih mencerminkan kewaspadaan pasar yang tidak bisa terelakan lagi.
Sementara itu, pertemuan Federal Reserve di Jackson Hole, Wyoming, mendatang diperkirakan akan mendorong harga emas pada spekulasi penurunan suku bunga yang akan terjadi. Tapi selera risiko yang merayap sementara itu merusak gairah Buyer untuk waktu yang lama terhadap sang logam kuning.
Meski demikian, emas berjangka masih naik sekitar 18% tahun ini.
Pertemuan tahunan para gubernur bank sentral dan pembuat kebijakan The Fed dari Kamis hingga Sabtu mendatang diperkirakan akan memberikan arahan kapan penurunan suku bunga AS berikutnya akan dilakukan yang tentu saja akan mempengaruhi kinerja DXY dan selera resiko pasar.