Sterling bergerak stabil pada hari Selasa kemarin karena investor menjauhkan diri dari mata uang Inggris mengingat risiko Inggris yang keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan dalam Brexit pada 31 Oktober yang masih tetap tinggi.
Peluang terjadinya No Deal Brexit masih sangat memprihatinkan bagi para pedagang karena Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menegaskan bahwa ia akan membawa negara itu keluar dari blok pada batas waktu yang telah ditentukan.
Meskipun parlemen Inggris menyetujui legislatif yang memaksa PM Johnson untuk meminta perpanjangan tenggat waktu dari Brussels jika dia tidak dapat menyetujui kesepakatan dengan UE pada pertengahan Oktober, PM Johnson mengatakan bahwa dia tidak akan melakukan hal seperti itu.

Penasihat senior Johnson, Dominic Cummings, mengatakan Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tepat waktu dan wartawan harus keluar dari London dan berbicara kepada orang-orang yang bukan “Sisa Para Hartawan”.
Jane Foley, ahli strategi mata uang senior Rabobank, mengatakan:
“Pasar sangat berhati-hati karena sikap Johnson. Kegelisahan semakin membayangi pasar.”
Sterling sebelumnya sempat menikmati reli bantuan pada hari Senin setelah data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan telah meredakan kekhawatiran investor tentang resesi teknis di Inggris, dan setelah Goldman Sachs memangkas ekspektasinya untuk No Deal Brexit.
Tapi “sementara ada reli bantuan di sterling, pasar akan menjadi sangat gugup sampai lebih banyak kejelasan muncul” pada hubungan seperti apa yang akan dimiliki Inggris dengan Eropa setelah ada Uni Eropa, kata Foley, dan menambahkan “itu akan cukup lama sampai ketidakpastian hilang ”.
Sterling bergera datar pada $ 1,2353 pada 15.30 GMT, setelah melonjak ke level tertinggi enam minggu sehari sebelumnya. Terhadap Euro, Sterling bergerak netral pada 89,44 pence.
Selama enam bulan, sejak batas waktu Brexit awal diperpanjang, Sterling telah merosot 7,5% dari nilainya terhadap dolar AS, menjadikannya salah satu mata uang utama berkinerja terburuk!

Penghasilan rata-rata Inggris termasuk bonus naik secara tak terduga sebesar 4% secara tahun-ke-tahun dalam tiga bulan hingga Juli – kenaikan gaji terbesar dalam lebih dari 11 tahun – dibandingkan dengan pertumbuhan 3,7% pada bulan Juni, tetapi data tidak memiliki dampak besar pada Sterling karena kekhawatiran diatas.
Beberapa investor memilih untuk tidak mempertimbangkan keadaan ekonomi Inggris saat ini ketika mereka memperdagangkan Sterling karena Brexit tetap menjadi prioritas utama mereka.
Kenneth Broux, kepala penelitian perusahaan di Societe Generale, mengatakan:
“Ketidakpastian hubungan Inggris dengan Uni Eropa setelah keluar dari blok membuatnya sulit untuk memahami di mana akan berada dalam lima tahun dalam hal hubungan perdagangan.”
Sumber: reuters.com