International Investor Club – Xiaomi meyakini bahwa Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) akan menjadi dua kunci untuk menguasai teknologi di masa depan.
Oleh karena itu, perusahaan asal China ini tidak ragu untuk menginvestasikan dana melimpah guna mengembangkan dua teknologi tersebut. Dikabarkan, Xiaomi mengucurkan dana sebesar 50 miliar Yuan atau sekitar Rp 99,6 Triliun.

Selain AI dan IoT, Xiaomi juga bakal fokus untuk menyiapkan perangkat 5G yang berpotensi terus berkembang ke depannya. Investasi yang nyaris menembus Rp 100 Triliun itu diproyeksikan akan habis dalam jangka waktu lima tahun.
Baca Juga: Moka Fresh Sediakan Akses Bahan Baku untuk Merchant Kuliner, Makin Mudah!
Dalam sajian berita Suara, rencana ini sendiri disampaikan oleh Chief Executive Xiaomi, Lei Jun dalam akun media sosial miliknya. Hanya saja, ia tidak merinci pembagian investasi itu ke masing-masing sektor.
“Kita perlu meningkatkan kemampuan yang kita miliki dalam AI dan IoT agar dapat menjadi pemenang dengan mutlak dalam era kecerdasan buatan seperti sekarang ini,” terang Lei Jun seperti yang dikutip dari Reuters hari ini.
Nilai investasi tersebut, sambung Lei Jun, meningkat drastis bila dibandingkan dengan rencana awal perusahaan yang ‘hanya’ berinvestasi sebesar 10 miliar Yuan untuk lima tahun masa kerja.
Imbas dari pengembangan teknologi tersebut sebenarnya sudah terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Xiaomi memang terkenal sebagai merek ponsel yang ‘merusak harga’ karena menghadirkan smartphone terjangkau kepada konsumen.
Tak hanya ponsel pintar, perangkat smart TV dan barang elektronik lainnya juga turut digarap oleh vendor satu ini untuk menciptakan ekosistem IoT yang bisa dijangkau semua lapisan masyarakat.

Meski begitu, Xiaomi menghadapi persaingan pasar yang ketat di kompetisi domestik, karena berhadapan dengan Huawei yang menguasai pangsa pasar ponsel sebesar 42% di China per Q3 2019.
Baca Juga: Fintech Ilegal Kembali Dijerat OJK dan Polisi, Siapa Saja Ya?
Meski begitu, AI hingga Machine Learning diperkirakan juga akan menjadi alat yang makin sering digunakan oleh para peretas (hacker) dan menjadi ancaman siber potensial di tahun ini.
Kepala keamanan perusahaan keamanan IntSights, Etay Maor, mengatakan AI bakal marak digunakan untuk melakukan peretasan otomatis dan machine learning dimanfaatkan untuk menciptakan algoritma yang bersifat lebih umum agar bisa mengumpulkan data-data lebih banyak.
Dalam sajian berita Suara, gagasan para peretas tentang program komputer yang menyerang target secara otomatis pun dengan sendirinya akan memperluas basis machine learning-nya menjadi lebih canggih merupakan hal yang menakutkan.
Maor melanjutkan, ancaman ini sangat serius karena bisa menyerang sistem ekonomi global. Jika dibandingkan dengan pola serangan pada
tahun-tahun sebelumnya, mereka cenderung merusak atau menghapus situs web dan mencuri informasi kartu kredit.
Namun, serangan itu mahal karena mereka membutuhkan manusia untuk mencurahkan lebih banyak waktu dan sumber daya untuk melakukan aksi tersebut.