AMOR, Manajer Investasi Pertama yang Ter-Listing di Bursa BEI

0
721
AMOR

International Investor Club – PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR) resmi menjadi perusahaan ke-673 yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Emiten ini sekaligus menjadi manajer investasi (MI) pertama yang listing di pasar saham.

AMOR didirikan dan mulai beroperasi pada 2012. Awalnya, dana kelolaan atawa assets under management (AUM) yang dikelola AMOR hanya Rp 500 Miliar. Dana AUM tersebut terus tumbuh hingga pada akhir 2019 total dana kelolaan AMOR menembus Rp 31,1 Triliun.

AMOR
Liputan6 (doc.)

Sejak 2012, AMOR telah meluncurkan 18 produk reksadana, 9 kontrak pengelolaan dana, dan 1 Exchange Traded Fund (ETF) dengan jumlah investor sekitar 30.000 orang di berbagai tema investasi.

Baca Juga: Apa Penyebab Suburnya Fintech Ilegal di Indonesia? Ini Jawabannya!

Untuk tahun ini, AMOR fokus pada tiga instrumen utama, yakni reksadana saham, reksadana pasar uang, dan obligasi. Saat ini, produk reksadana AMOR sudah tersedia di salah satu platform e-commerce tanah air.

Direktur Ashmore Asset Management Indonesia, Arief Cahyadi Wana mengatakan, alasan yang meletarbelakangi AMOR untuk melantai di pasar saham adalah pengembangan digital platform.

Nantinya, tidak menutup kemungkinan bagi AMOR untuk bekerja sama dengan e-commerce dan lembaga financial technology (fintech) lain untuk menjajakan produknya.

Dalam sajian berita Kontan, Arief mengungkapkan:

“Pertimbangan go public kurang lebih sudah 1-2 tahun lalu. Karena digitalisasi merupakan sebuah langkah bagi suatu asset manajemen untuk menjangkau masyarakat lebih luas.”

Sekedar informasi, AMOR merupakan entitas anak usaha Ashmore Investment Management Limited (AIML) yang merupakan bagian dari Ashmore Group yang berbasis di London, Inggris.

BEI
Busy.Org (doc.)

Ashmore Group memiliki spesialisasi di pasar negara berkembang melalui delapan tema investasi utama, mulai dari external debt, local currency, corporate debt, dan blended debt. Hingga Juni 2019,Ashmore Group mengelola dana sebesar $ 91,8 Miliar.

Baca Juga: Millenial Merupakan Pasar Potensial untuk Properti Hunian

Disisi lain, menilik reksadana saham, tercatat sebagai produk reksadana berkinerja terburuk di 2019, reksadana saham masih punya peluang untuk memberikan return positif di tahun ini.

Di sisi lain, pendapatan tetap masih menjadi produk reksadana dengan kinerja terbaik sepanjang 2019, ditopang derasnya laju investasi surat berharga negara (SBN) di tahun lalu.

Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama, Edbert Suryajaya mengungkapkan bahwa banyak investor juga asing yang masuk ke pasar SBN Tanah Air. Alhasil kinerja reksadana pendapatan tetap juga terbantu naik.