International Investor Club – Pasar surat utang atau obligasi Indonesia makin menyulut daya tarik investor. Stabilitas makro ekonomi dalam negeri menjadi kunci gairah di pasar obligasi (bond) Tanah Air.
Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Fikri C Permana mengatakan bahwa prospek positif pasar obligasi didorong pergerakan rupiah yang stabil dan credit default swap (CDS) yang menurun.
Dalam sajian berita Kontan, Fikri mengungkapkan:
“Prospeknya masih positif, seiring dengan CDS yang turun, rupiah stabil dan yield surat utang negara (SUN) yang makin beranjak di bawah 7%.”
Baca Juga: Inilah Katalis Pasar Obligasi untuk Menguat, Cekidot!

Fikri pun mengatakan, seiring dengan kebijakan akomodatif yang masih akan diambil pemangku kebijakan moneter dan fiskal, pasar obligasi masih menarik.
Head of Fixed Income Research BNI Sekurita,s Ariawan menambahkan bahwa kondisi makro ekonomi Indonesia yang membaik juga mendukung positif pasar obligasi Indonesia.
Ariawan pun menuturkan, makro ekonomi Indonesia membaik, pertumbuhan ekonomi masih kuat, inflasi akan tetap rendah dan stabil terjadi di level 3%.
“Rupiah juga kecenderungannya menguat jadi beberapa hal ini bisa jadi sentimen positif untuk pasar surat utang Indonesia.”
Meredanya teknana eksternal juga akan mendorong minat investor asing masuk ke pasar obligasi Indonesia. Masuknya asing, menurut Ariawan, akan berdampak positif karena membawa peluang penurunan yield SUN.

Turunnya yield SUN akan berdampak baik bagi pasar Bond korporasi karena akan diikuti penurunan yield obligasi korporasi sehingga akan membuka minat emiten untuk menerbitkan obligasi.
Ariawan memperkirakan penerbitan obligasi korporasi tahun ini akan mencapai Rp 135 Triliun- Rp 140 Triliun. Jumlah ini lebih tinggi dari tahun lalu yang berkisar Rp 122 Triliun.
Baca Juga: OJK Suspen MI Penerbit Reksadana Tunggal Bagi Jiwasraya
Sebelumnya, meski tren penurunan suku bunga berpotensi berlanjut, imbal hasil reksadana pasar uang berpotensi turun di tahun ini.
Imbal hasil reksadana pasar uang di 2020 berpotensi menurun karena tren suku bunga turun juga berpotensi berlanjut.
Berdasarkan data Infovesta Utama dalam sajian berita Kontan, rata-rata kinerja reksadana pasar uang yang tercermin dalam Infovesta 90 Money Market Fund Index berhasil menorehkan kinerja 5,83%.
Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menilai bahwa kinerja reksadana pasar uang di tahun lalu cukup menarik karena selalu bisa berada di atas bunga deposito.
Namun, seiring dengan tren penurunan suku bunga, Wawan memproyeksikan imbal hasil reksadana pasar uang juga berpotensi menurun.