SBN RI
International Investor Club – Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia yang bertenor 10 tahun selama sepekan koreksi tipis 0,11% dengan penurunan yield 0,9 basis poin (bps) menjadi 8,086%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.
Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Baca Juga: Obligasi RI Merosot Karena Bayang-Bayang Pandemi Corona
Obligasi dan SBN

Koreksi harga obligasi karena Investor asing masih cenderung melepas aset-aset di pasar keuangan Indonesia. Sejak awal tahun, nilai aset yang dilepas investor asing mencapai lebih dari Rp 100 triliun.
Bank Indonesia (BI) melaporkan, selama periode 4-6 Mei 2020 investor asing melakukan jual bersih (net sell) Rp 6,95 Triliun. Terdiri dari jual neto di pasar saham sebesar Rp 0,84 Triliun, dan di pasar obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) Rp 6,11 Triliun.
Dalam sajian berita CNBC dijabarkan, dalam keterangan tertulis, BI mengungkapkan:
“Berdasarkan data setelmen 4-6 Mei 2020, non-residen di pasar keuangan domestik jual neto Rp 2,01 Triliun. Selama 2020 (ytd), tercatat jual neto Rp 162,18 Triliun.”
Koreksi pasar obligasi bahkan terjadi ketika Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengungkapkan ada upaya membeli sejumlah SBN di pasar perdana. Ia mengungkapkan:
“Jumlah pembelian SBN di pasar perdana oleh BI untuk pembiayaan APBN ‘above the line’ diperkirakan maksimal sekitar Rp 125 Triliun.”
Baca Juga: Bersiap! Bank Mandiri Akan Terbitkan Obligasi Rupiah
Rencana Penerbitan Surat Berharga Negara
Dalam sajian berita CNBC Indonesia dijabarkan, dari rencana pembiayaan APBN Rp 1.439,8 Triliun tersebut, rencana penerbitan SBN pada kuartal II-IV 2020 diperkirakan sebesar Rp Rp 856,8 Rriliun.
Selain itu, pada Selasa pekan lalu, pemerintah melakukan lelang lima seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) guna memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2020.
Target indikatif pada lelang tersebut sebesar Rp 8 Triliun, permintaan yang masuk senilai Rp 18,11 Triliun, dan pemerintah memenangkan sebesar Rp 5,55 Triliun dari lima seri tersebut, mengacu data DJPPR Kementerian Keuangan.
Mengacu dari hasil lelang yang masuk, investor masih cukup optimis terhadap aset pendapatan tetap (fixed income) ini. Hal tersebut terlihat dari pencapaian permintaan yang melewati target maksimal yang diproyeksikan pemerintah.
Artinya minat investor terhadap obligasi pemerintah masih cukup baik, dengan kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 2,3 kali.
Sementara nilai CDS Indonesia 5 Tahun adalah 206.9396 pada catatan terakhir 9 Mei 2020 pukul 12:45 WIB. Nilai CDS turun (-2,79%) selama sepekan terakhir, naik 128,31% sebulan terakhir dan melonjak 93,91% setahun terakhir.