BJBR dan BJTM
International Investor Club – Pandemi yang berlangsung sejak bulan Maret membuat perekonomian menjadi lambat. Sektor keuangan pun tak luput terkena dampak pandemi ini terutama industri perbankan.
Kredit macet dan gagal bayar terus membayangi perusahaan bank dari BUMN, swasta, dan bank daerah. Meski demikian, beberapa saham berkapitalisasi besar seperti BBCA dan BBRI sudah melaju 41% dan 43% sejak level terendahnya BBCA di Rp 21.625 pada 20 Maret 2020 dan BBRI di Rp 2.160 pada 18 Mei 2020.
Baca Juga: WSBP Disuspensi Karena Gagal Bayar Bunga Obligasi
Potensi BJBR dan BJTM

Dalam analisa Ellen May pada sajian berita di Investing ID dijabarkan, saat ini, saham perbankan second liner terutama bank BPD (Bank Pembangunan Daerah) yaitu BJBR (Bank BJB) dan BJTM (Bank Jatim) lebih menarik perhatian investor karena pergerakannya yang lebih aktif saat ini.
Bagaimana prospek BJBR dan BJTM? Mana yang lebih layak untuk investasi jangka panjang? Kemudian, bagaimana untuk trading jangka pendek? Mana yang lebih potensial dan apa alasannya?
Bank Jatim

Bank BJB

Profitabilitas
Kemampuan BJTM dalam menghasilkan laba lebih baik dibandingkan dari BJBR. Hal ini bisa terlihat dari data BJTM yang memiliki rata-rata pertumbuhan pendapatan 6%, lebih besar dari BJBR yang rata-rata pertumbuhan pendapatannya hanya 2%. Sementara itu pertumbuhan laba BJTM mampu mencapai angka 32%. Sedangkan BJBR rata-rata pertumbuhan labanya hanya 4%.
Jika laba dibandingkan dengan modal yang ditanamkan (Return On Equity), BJTM memiliki ROE yang lebih tinggi, di angka 14%. Sedangkan BJBR cenderung turun dari 17.8% menjadi 12.99%. Semakin tinggi ROE makin bagus.
Bagaimana dengan prospek pertumbuhan dalam jangka panjang?
Prospek pertumbuhan jangka panjang, dihutung dengan rumus CAGR. Intinya, semakin besar CAGR semakin bagus. Nah dari perhitungan EMTrade dengan data 5 tahun terakhir, CAGR BJTM ini berada di angka 14% jauh lebih tinggi dibandingkan BJBR yang punya CAGR hanya 2%.

Valuasi
Valuasi mengukur apakah perusahaan tersebut saat ini dijual dengan harga saham yang wajar, kemahalan, atau justru murah. Salah satu cara mengukur valuasi dengan PE ratio dan juga PEG. Semakin kecil angka kedua rasio tersebut, berarti semakin murah, jika disertai dengan kinerja perusahaan yang baik dalam menghasilkan keuntungan.
Angka PE ratio BJTM saat ini 4.8 kali, lebih rendah dibanding BJBR yang punya PE ratio 5.8x. Demikian pula dengan PEG BJTM di angka 0.3 dan BJBR 2.0.
Total Utang
Total utang diukur dengan rasio DER (hutang dibandingkan modal) dan DAR (hutang dibandingkan aset). Jika DER atau DAR di angka 1 maka hutang dan modal sama besar.
Jika DAR di angka 1 maka hutang dan aset sama besar.
Kesimpulannya DER dan DAR harus sekecil mungkin dan di bawah angka 1. Saat ini BJTM memiliki DAR 0.8 kali dan DER 6.29 kali lebih rendah dbanding BJBR yang punya DAR 0.9 kali dan DER 10.72 kali.
Analisa Teknikal


Menurut Ellen May dalam sajian berita Investing ID, nampak pada grafik, terjadi peningkatan volume transaksi pada BJBR sejak 3 Juli sampai dengan 28 Juli dan menunjukkan tanda akumulasi, artinya permintaan lebih besar dari penawaran yang menunjukkan tanda harga bisa menguat lebih lanjut.
Sementara itu, meski BJTM juga menarik dari segi teknikal (ada akumulasi juga), namun pergerakannya jauh lebih volatil.
Hal ini nampak pada perdagangan tanggal 28 Juli di mana BJTM naik 9.11 % dan kemudian sempat turun 5.9%. Hal ini berarti bahwa risiko volatilitas BJTM untuk jangka pendek lebih besar dari BJBR.
Kesimpulan
BJTM lebih menarik untuk investasi jangka panjang, dengan rentang waktu investasi 1-3 tahun, dengan upside sekitar 38.5%, bisa dibeli dengan range harga Rp 490-570.
Sedangkan BJBR lebih cocok untuk trading jangka pendek dengan rentang waktu trading kurang dari 1 bulan.
Disclaimer:
Setiap pembahasan saham dalam artikel ini bersifat sebagai referensi / bahan pertimbangan, dan bukan merupakan perintah beli / jual. Setiap keuntungan dan kerugian menjadi tanggung jawab dari pelaku pasar.