TOBA Berencana Rights Issue Saham, Apa Tujuannya?

0
367
TBS TOBA
IDX Channel (doc.)

International Investor Club – PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) berencana menggalang dana melalui pasar modal. Perusahaan bakal menggelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue.

Baca Juga: SIDO Bertumbuh di Q1 2021, Bagaimana Prospeknya?

Rencana Rights Issue TOBA

TOBA
Kontan (doc.)

Dalam sajian berita Kontan dijabarkan, awal pekan ini, TOBA bakal melepas paling banyak 1,88 miliar. Harga nominal rights issue sebesar Rp 50 per saham. Dengan asumsi harga pelaksanaannya nanti sesuai dengan harga saat ini, Rp 500 per saham, TOBA berpotensi meraup dana segar Rp Rp 940 Miliar.

Pada saat yang bersamaan, TOBA juga bakal menggelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD). Tapi, ini untuk program MESOP. Porsi saham untuk program ini paling banyak 160,99 juta saham dengan harga nominal Rp 50 per saham.

Seluruh dana hasil PMHMETD akan digunakan untuk membiayai investasi perusahaan. Demikian pula dengan dana hasil PMHMETD.

Belum disebutkan pihak yang menjadi pembeli siaga atau standby buyer rights issue. Yang terang, rights issue memiliki efek dilusi paling besar 20,2%.

Sebelum menghelat aksi korporasi tersebut, TOBA wajib lebih dulu meminta persetujuan pemegang saham. Rapat umum pemegang saham (RUPS) terkait rights issue bakal digelar pada 17 Juni. Jika disetujui, TOBA memiliki waktu selama satu tahun sebelum batas waktu rights issue tersebut menjadi kadaluarsa.

Akan Bangun PLTM Sumber Jaya di Lampung Barat

Petrominer (doc. gambar hanya ilustrasi)

Selain itu, TOBA pun memacu bisnis di sektor ketenagalistrikan. Emiten energi terintegrasi ini berpeluang mendapatkan tambahan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi alias Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) puluhan miliar per tahun dari proyek pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) Sumber Jaya.

Pada tanggal 22 Maret 2021 lalu, PT Adimitra Energi Hidro (AEH) yang 49% kepemilikan sahamnya dimiliki TOBA telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) alias power purchase agreement (PPA) dengan PT PLN (Persero).

Menurut perjanjian itu, AEH akan membangun pembangkit listrik tenaga mini hydro yang berlokasi di Pekon Way Petai, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung, serta melakukan penjualan listrik kepada PLN untuk jangka waktu 25 tahun.

Setelah berakhirnya jangka waktu PJBTL, AEH akan menyerahkan pembangkit listrik ke PLN. “Potensi pendapatan tahunan dari PJBTL ini ditargetkan sekitar Rp 24 – Rp 26 miliar secara EBITDA rata-rata setiap tahun selama jangka waktu 25 tahun,” kata Corporate Secretary TOBA Pingkan Ratna Melati kepada Kontan,co.id (30/3).

Nantinya, PLTM Sumber Jaya akan memiliki kapasitas 2 X 3 MW. Pingkan menyebutkan, pembangunan PLTM Sumber Jaya akan memakan waktu kurang lebih 3 tahun. Targetnya, PLTM Sumber Jaya bisa mencapai tanggal operasi komersial pada Semester I 2024 mendatang.

“Estimasi investasi PLTM di angka Rp 175-225 miliar.”

Proyek PLTM Sumber Jaya melengkapi proyek-proyek eksisting di sektor ketenagalistrikan yang tengah digarap TOBA melalui anak-anak usahanya.

Di Provinsi Gorontalo misalnya, terdapat proyek pembangkit Sulbagut-1 yang saat ini tengah dalam masa konstruksi. Proyek yang digarap melalui entitas anak usaha, yakni PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP).

Berikutnya, di Sulawesi Utara, TOBA melalui entitas anak usaha, yaitu PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) juga tengah mengawal pengerjaan konstruksi proyek pembangkit listrik Sulut-3. Untuk merampungkan konstruksi kedua proyek tersebut, TOBA tahun ini mengalokasikan belanja modal atawa capital expenditure (capex) sekitar US$ 48 – 50 juta.

“Saat ini keduanya masih dalam tahap konstruksi dengan kapasitas masing-masing sesuai PPA adalah 2×50 MW. Selain itu juga Perseroan memiliki 5% saham di PT Paiton Energy,” tambah Pingkan.

Pingkan bilang, TOBA akan terus membuka mencari aset-aset yang potensial di sektor ketenagalistrikan. TOBA optimistis, prospek bisnis di sektor ketenagalistrikan masih akan menjanjikan sejalan dengan adanya proyek 35.000 MW dan juga rencana pembangunan dari pemerintah.

“Perseroan terbuka dengan opsi-opsi potensial bisnis yang ada baik yang secara organik, yaitu membangun aset baru ataupun yang secara anorganik melalui akuisisi perusahaan yang sudah ada.”