International Investor Club – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat idAA+ untuk Obligasi PUB I 2017 PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) sebesar Rp 3 Triliun yang akan jatuh tempo pada 20 Juni 2022.
Baca Juga: WSKT Bayar Pokok Obligasi Empat Ratusan Miliar Rupiah
Pefindo dan Peringkat Obligasi SMGR

Dalam sajian berita Kontan dijabarkan, berdasarkan keterangan Pefindo, SMGR akan melunasi sepenuhnya obligasi yang akan jatuh tempo tersebut menggunakan kas internal. Pada akhir Desember 2021, SMGR memiliki sekitar Rp 2,5 Triliun kas di neraca dan dana kas positif dari operasi yang Pefindo perkirakan sekitar Rp 4,3 Triliun untuk dua belas bulan ke depan.
“Sumber likuiditas utama ini, selain ketersediaan dari fasilitas kredit yang belum ditarik sekitar Rp 5,9 triliun, cukup untuk menutupi obligasi yang akan jatuh tempo pada Juni 2022.”
Sementara, Pefindo menjelaskan obligor dengan peringkat idAA memiliki sedikit perbedaan dengan peringkat tertinggi yang diberikan. Peringkat tersebut mencerminkan obligor memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya dibandingkan terhadap obligor Indonesia lainnya.
“Tanda tambah menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif kuat dan di atas rata-rata kategori yang bersangkutan,” jelasnya.
Sekadar informasi, SMGR merupakan produsen semen terbesar di Indonesia dengan total kapasitas terpasang per 31 Desember 2021 sebesar 52.7 juta ton dengan pangsa pasar domestik sekitar 52%. Adapun hingga akhir tahun lalu, 51% saham SMGR dimiliki oleh pemerintah Indonesia, sementara sisanya dimiliki oleh publik.
Pada awal 2019, SMGR melakukan akuisisi atas PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB), yang produsen semen terbesar ketiga di Indonesia. SMCB kemudian berganti nama menjadi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk dan per akhir 2021, kepemilikan saham SMGR di SMCB sebesar 83,5%.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2022, selaras dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang juga dikoreksi.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi RI pada tahun ini akan berada pada rentang 4,5 persen hingga 5,3 persen secara tahunan (year on year/yoy).
“Sedikit lebih rendah dari proyeksi awal sebesar 4,7 persen hingga 5,5 persen,” ujar dia, dalam konferensi pers virtual.
Perry menjelaskan, berlanjutnya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina berdampak pada pelemahan transaksi perdagangan, kenaikan harga komoditas.
Pada saat bersamaan, perekonomian global juga akan mengalami tekanan dari ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah penyebaran Covid-19 yang menurun.
Volume perdagangan dunia juga diprakirakan lebih rendah sejalan dengan perlambatan ekonomi global dan gangguan rantai pasokan yang masih berlangsung.
Selain itu, harga komoditas global mengalami peningkatan, termasuk komoditas energi, pangan, dan logam, sehingga memberikan tekanan pada inflasi global.