International Investor Club – Investor kawakan Indonesia, Lo Kheng Hong menyatakan, selama 34 tahun merajalela sebagai investor saham, dirinya telah melewati berbagai macam krisis.
Baca Juga: Lo Kheng Hong Yakin Indonesia Tak Akan Resesi Tahun 2023
Lo Kheng Hong Selalu Menjadi Pemenang

Dalam sajian berita IDX Channel dijabarkan, salah satu krisis yang berhasil dilaluinya adalah saat ada kebijakan bank sentral mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat (tight money policy) sekitar periode 1990-1992.
“Sekitar tahun 1990-1992 itu ada tight money policy dari Pak JB Sumarlin yang menyebabkan kebijakan uang ketat dan tentu saja saham-saham saya pada turun. Namun untungnya tight money itu pada akhirnya dibuka tahun 1993 dan saya keluar sebagai pemenang,” ujarnya dalam acara OCBC NISP Business Forum-Indonesia to The Next Level, Jakart.
Dia melanjutkan, krisis selanjutnya adalah pada 1998 dan 2008. Pada 1998, krisis ekonomi begitu hebat sehingga uangnya turut hilang 85%.
“Tapi akhirnya saya bisa keluar lagi sebagai pemenang,” tambahnya.
Sementara itu, lanjutnya, pada 2008 ada krisis subprime mortgage serta IHSG juga menunjukkan tren penurunan. Meski demikian, dirinya mengaku masih dapat bertahan.
Lalu krisis berikutnya yang berhasil dilaluinya adalah pandemi Covid-19. Sebab, saat itu, IHSG turun hingga ke level 3.900.
“Meskipun demikian saya bisa keluar sebagai pemenang juga,” sambungnya.
Menurutnya, hal yang membuat dirinya dapat bertahan di kala krisis-krisis tersebut adalah karena dirinya tidak memiliki utang. Sehingga, saat terjadi krisis, saham-sahamnya tidak harus dijual.
“Jadi ketika krisis saham saya turun, ya saya pegang saja agar nanti dia kembali bisa naik lebih tinggi,” pungkasnya.
Di sisi lain, PT Akulaku Silvrr Indonesia menambah porsi kepemilikan saham PT Bank Neo Commerce TBk (BBYB) sebanyak 24,08 juta saham.
Transaksi itu terlacak dalam data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Senin (20/3), diunggah di keterbukaan informasi.
Pemegang saham pengendali BBYB itu mempertebal portofolio mereka sebesar 24.087.800 saham, dengan dibantu oleh broker PT OCBC Sekuritas Indonesia.
Dengan demikian, kepemilikan Akulaku bertambah dari semula 3.104.030.907 saham menjadi 3.128.118.707 saham, atau setara 25,98%.