International Investor Club – Emiten sektor teknologi PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau yang akrab dikenal Blibli, sebelumnya telah mengumumkan hasil kinerja keuangan sepanjang 2022 yang diterbitkan dalam Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pada 30 Maret 2023 dan mencatatkan pendapatan neto konsolidasi Rp15,26 triliun pada 2022, atau tumbuh sebesar 72 persen dari Rp8,85 triliun pada 2021.
“Tentunya, 2022 dipenuhi oleh berbagai tantangan serta banyak faktor-faktor yang di luar kendali. Tema besar untuk para pelaku sektor teknologi di Indonesia saat ini, khususnya e-commerce, adalah bagaimana cara beradaptasi dengan dinamika perubahan preferensi konsumen dalam bertransaksi menyusul dibukanya pembatasan akibat pandemi. Namun, kami tetap memegang teguh arah dan strategi kami sepanjang tahun, termasuk menjalankan berbagai inisiatif baru pada platform e-commerce dan OTA kami, memperdalam berbagai sinergi di dalam ekosistem, serta mempercepat ekspansi kehadiran toko-toko fisik untuk mendorong strategi omnichannel kami,” ujar Kusumo Martanto, CEO and Co-Founder Blibli.
Baca Juga: BELI Diborong 5.000 Lot, Ada Apa?
Pendapatan BELI Meningkat

Dalam sajian berita IDX Channel dijabarkan, dalam paparan kinerja keuangan yang dilansir pada Jumat (31 Maret), Pendapatan neto konsolidasi tercatat meningkat sebesar 34% dari Rp3.548 miliar pada 4Q21 menjadi Rp4.746 miliar pada 4Q22.
Itu terutama didorong oleh pertumbuhan pada segmen Institusi, dimana terdapat peningkatan dalam jumlah belanja per pelanggan Institusi, dan meningkat 72% dari Rp8.858 miliar pada FY21 menjadi Rp15.269 miliar pada FY22, terutamanya dikontribusikan oleh kenaikan TPV pada semua segmen bisnis, termasuk kenaikan pertumbuhan permintaan di beberapa kategori produk pada segmen Ritel 1P, kinerja yang meningkat pesat di kategori gaya hidup pada segmen Ritel 3P yang didukung pemulihan bisnis industri perjalanan daring, serta konsolidasi penuh Ranch Market pada 2022.
Sementara itu, pertumbuhan TPV dan pendapatan neto Perseroan juga didukung oleh pertumbuhan secara organik, yang dapat dilihat dari kenaikan jumlah transacting users dari 3,2 juta pengguna pada FY21 menjadi 5,4 juta pengguna pada FY22, dan kenaikan Average Order Value (AOV) masing-masing sebesar 46% pada 4Q22 dan 43% pada FY22 y.o.y, serta peningkatan kualitas pengguna tercermin dari kenaikan jumlah belanja per pengguna dari Rp7,3 juta pada FY21 menjadi Rp8,7 juta pada FY22.
Lebih jauh, Perseroan juga berhasil meningkatkan take rate dari 3.8% pada FY21 menjadi 4.2% pada FY22.
Dengan demikian, Perseroan mencatatkan marjin laba bruto konsolidasi dari 6.5% pada FY21 menjadi 8.0% pada FY22, meskipun terdapat perubahan bauran kategori produk pada periode kuartal empat 2022.
Perseroan juga telah berhasil meningkatkan kinerja operasionalnya didukung dengan struktur biaya yang lebih baik, yang ditunjukkan dari lebih rendahnya persentase beban iklan & pemasaran terhadap TPV dari 3,6% pada 4Q21 menjadi 2,0% pada 4Q22, dan dari 3,6% pada FY21 menjadi 2,8% pada FY22, serta lebih rendahnya persentase beban umum & administrasi terhadap TPV dari 8,1% pada 4Q21 menjadi 4,7% pada 4Q22, dan dari 7,8% pada FY21 menjadi 5,5% pada FY22.
Hal tersebut menghasilkan peningkatan kinerja persentase EBITDA konsolidasi terhadap TPV dari -9,0% pada 4Q21 menjadi -6,4% pada 4Q22, dan dari -10,4% pada FY21 menjadi -7,8% pada FY2022.
Sementara itu, melihat dari arus kas bersih digunakan untuk aktivitas operasi sebesar Rp4,9 triliun pada FY22, terutamanya terdiri dari pembayaran kas terhadap pemasok sebesar Rp35,2 triliun dan pembayaran kas untuk pengeluaran biaya operasional sebesar Rp3,8 triliun, yang sebagian diimbangi dengan penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp36 triliun.
Sedangkan arus kas bersih diperoleh dari aktivitas investasi sebesar Rp502 miliar pada FY22, terutamanya terdiri dari hasil penjualan investasi neto sebesar Rp777 miliar, sebagian diimbangi oleh perolehan aset tetap sebesar Rp195 miliar sepanjang tahun.
Arus kas bersih diperoleh dari aktivitas pembiayaan sebesar Rp2,5 triliun pada FY22, terutamanya terdiri dari penerimaan kas dari penawaran umum perdana saham sebesar Rp7,7 triliun dan penerimaan utang bank jangka pendek sebesar Rp6,1 triliun, yang sebagian diimbangi dengan pembayaran kas untuk utang bank jangka pendek sebesar Rp11,1 triliun.
Dengan demikian, posisi kas dan setara kas Perseroan per 31 Desember 2022 adalah sebesar Rp3 triliun dibandingkan dengan Rp4,9 triliun per 31 Desember 2021.