Monday, September 25, 2023

Sejarah Saham Garuda Indonesia (GIAA): Dari Kepemilikan Pemerintah hingga Go Public

Must Read

Kadek
Kadek
Sarjana IT yang menyukai Dunia Finansial dan Properti karena potensi masa depannya

GIAA

International Investor Club – Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1949. Sejak awal, Garuda Indonesia telah menjadi simbol kemegahan dan kebanggaan bagi bangsa Indonesia, baik dalam dunia penerbangan maupun dalam persaingan global.

Sebagai perusahaan milik negara, Garuda Indonesia memiliki sejarah kepemilikan saham yang menarik dan dinamis, yang pada akhirnya membawanya menjadi perusahaan terbuka atau go public pada tahun 2011.

Baca Juga: Sejarah Perjalanan Saham Tunas Baru Lampung (TBLA) di BEI

Sejarah Saham GIAA

Garuda Indonesia giaa

Pada awalnya, saham Garuda Indonesia dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia. Namun, pada tahun 1989, pemerintah memutuskan untuk menjual sebagian saham Garuda Indonesia kepada masyarakat melalui penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Pada saat itu, sebanyak 2,5 juta lembar saham Garuda Indonesia ditawarkan kepada masyarakat dengan harga Rp 1.000 per lembar saham.

Namun, kepemilikan saham Garuda Indonesia oleh pemerintah tetap dominan. Sejak IPO, pemerintah terus memegang mayoritas saham Garuda Indonesia. Pada tahun 2001, misalnya, pemerintah menambah kepemilikan sahamnya dari 68,5% menjadi 95,5%.

Kepemilikan saham oleh pemerintah ini sebagian besar dilakukan melalui PT Angkasa Pura II (Persero) dan PT Danareksa (Persero), yang keduanya merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Namun, pada tahun 2005, Garuda Indonesia mengalami kesulitan keuangan yang serius, sehingga pemerintah harus menanggung utang-utangnya. Sebagai upaya untuk mengatasi masalah keuangan ini, pemerintah menyetujui rencana restrukturisasi Garuda Indonesia yang meliputi pemotongan biaya operasional, peningkatan efisiensi, dan pengurangan karyawan. Pada akhirnya, restrukturisasi ini berhasil, dan Garuda Indonesia kembali mencatatkan keuntungan pada tahun 2006.

Pada tahun 2009, pemerintah kembali menjual sebagian saham Garuda Indonesia melalui IPO. Kali ini, sebanyak 6,3 miliar lembar saham Garuda Indonesia ditawarkan kepada masyarakat dengan harga Rp 750 per lembar saham.

Dalam penawaran ini, pemerintah menjual 40% saham Garuda Indonesia, sehingga kepemilikannya turun dari sebelumnya 95,5% menjadi 55,5%. Sementara itu, 10% saham Garuda Indonesia diberikan kepada karyawan dan manajemen perusahaan.

Setelah IPO kedua ini, harga saham Garuda Indonesia terus naik. Pada bulan Januari 2011, harga saham Garuda Indonesia bahkan mencapai Rp 965 per lembar saham, atau naik sekitar 28% dari harga IPO kedua. Hal ini menunjukkan bahwa pasar sangat optimis dengan prospek Garuda Indonesia sebagai perusahaan yang sudah berhasil melakukan restrukturisasi dan meningkatkan efisiensi.

Pada tanggal 11 Februari 2011, Garuda Indonesia resmi menjadi perusahaan terbuka atau go public dengan kode saham GIAA. Dalam proses go public ini, Garuda Indonesia berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 4,2 triliun dari penjualan saham kepada masyarakat. Dana ini digunakan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan, membeli pesawat baru, dan memperkuat jaringan penerbangan.

IPO saham
Tradimo (doc.)

Sejak menjadi perusahaan terbuka, harga saham Garuda Indonesia terus naik dan turun. Namun, secara keseluruhan, Garuda Indonesia berhasil menunjukkan kinerja yang cukup baik. Pada tahun 2014, misalnya, Garuda Indonesia berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 2,7 triliun, atau naik sekitar 109% dari tahun sebelumnya.

Namun, tidak semua perjalanan saham GIAA berjalan mulus. Pada tahun 2018, harga saham Garuda Indonesia jatuh tajam setelah munculnya skandal pengadaan mesin pesawat.

Garuda Indonesia dituduh telah membeli mesin pesawat dari Rolls-Royce dengan harga yang jauh di atas harga pasaran. Akibatnya, harga saham Garuda Indonesia turun sekitar 12% dalam sehari, dan turun sekitar 47% dari puncaknya pada bulan Januari 2018.

Namun, meskipun mengalami tantangan dan rintangan di sepanjang perjalanannya, Garuda Indonesia tetap berhasil bertahan sebagai salah satu maskapai penerbangan terkemuka di Asia Tenggara. Saat ini, Garuda Indonesia memiliki jaringan penerbangan yang luas, melayani lebih dari 40 tujuan domestik dan internasional dengan armada sekitar 150 pesawat.

Dalam beberapa tahun terakhir, GIAA telah melakukan beberapa inovasi dan perubahan strategis untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di dunia penerbangan.

Misalnya, Garuda Indonesia telah meningkatkan fokusnya pada layanan digital dan meningkatkan keberlanjutan operasionalnya. Selain itu, Garuda Indonesia juga telah melakukan perubahan dalam struktur organisasi dan manajemen, serta meningkatkan kualitas layanan pelanggan dan keterlibatan masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan kepercayaan investor, GIAA juga terus memperbaiki kinerja keuangan dan memperkuat tata kelola perusahaan. Pada tahun 2020, misalnya, Garuda Indonesia berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 91 miliar, setelah mengalami kerugian dalam beberapa tahun sebelumnya.

Sebagai kesimpulan, sejarah saham Garuda Indonesia merupakan cerita yang menarik dan dinamis, yang menggambarkan perjalanan suatu perusahaan negara dari kepemilikan pemerintah hingga menjadi perusahaan terbuka.

Meskipun mengalami tantangan dan rintangan di sepanjang perjalanannya, Garuda Indonesia tetap berhasil bertahan dan terus berinovasi untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di dunia penerbangan.

Sejak menjadi perusahaan terbuka, Garuda Indonesia telah berhasil meningkatkan kinerjanya dan memperkuat posisinya sebagai salah satu maskapai penerbangan terkemuka di Asia Tenggara. Meskipun demikian, Garuda Indonesia tetap harus terus beradaptasi dengan perubahan pasar dan lingkungan bisnis yang semakin dinamis.

Dalam beberapa tahun ke depan, Garuda Indonesia dihadapkan pada beberapa tantangan yang cukup besar, termasuk persaingan yang semakin ketat dari maskapai penerbangan lain, perubahan gaya hidup konsumen, dan penurunan permintaan akibat pandemi Covid-19. Oleh karena itu, Garuda Indonesia perlu terus berinovasi dan beradaptasi untuk tetap kompetitif dan menghadapi tantangan di masa depan.

Selain itu, sebagai perusahaan terbuka, Garuda Indonesia juga harus terus memperbaiki tata kelola perusahaan dan memenuhi standar transparansi dan akuntabilitas yang tinggi. Hal ini akan membantu meningkatkan kepercayaan investor dan memperkuat posisi Garuda Indonesia di pasar modal.

Dalam hal ini, manajemen Garuda Indonesia harus terus berkomitmen untuk memperbaiki kinerja keuangan dan memperkuat tata kelola perusahaan. Selain itu, Garuda Indonesia juga harus terus meningkatkan kualitas layanan dan produknya, serta meningkatkan efisiensi operasionalnya.

Dalam jangka panjang, keberhasilan Garuda Indonesia sebagai perusahaan terbuka akan bergantung pada kemampuannya untuk terus beradaptasi dan berinovasi, serta menjaga kinerja keuangan yang baik dan memperkuat tata kelola perusahaan.

Dengan melakukan hal-hal ini, Garuda Indonesia dapat terus tumbuh dan berkembang sebagai salah satu maskapai penerbangan terkemuka di Asia Tenggara dan dunia.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Latest News

Emas Akhiri Minggu dengan Sedikit Perubahan

Emas mengakhiri minggu ini dengan sedikit perubahan dan rebound dari level terendah satu minggu karena pasar terus berdebat mengenai...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img