International Investor Club – Terdapat nama investor individu dalam daftar 20 pemegang saham terbesar PT Bukit Asam Tbk (PTBA) per 31 Maret 2023.
Dia bernama Haryanto dan memiliki sebanyak 33.014.500 saham PTBA atau 0,29% per akhir Maret (berdasarkan data pada website resmi PTBA diakses 2 Mei 2023). Namanya terpampang sebagai pemegang saham nomor 19 terbesar dari PTBA. Haryanto menjadi satu-satunya investor individu yang masuk 20 besar pemegang saham terbesar PTBA.
Baca Juga: Sejarah Awal Saham Bukit Asam (PTBA)
Investor Individu PTBA

Dalam sajian berita Investor Id dijabarkan, tidak ada data lengkap mengenai siapa sebenarnya Haryanto. Dalam laporan tahunan PTBA 2022 hanya tercatat bahwa Haryanto adalah individu lokal.
Menariknya lagi, kepemilikan Haryanto per akhir Maret 2023 telah berkurang jika dibandingkan kepemilikannya per 31 Desember 2022. Saat itu, ia masih menyimpan 49.963.000 saham Bukit Asam atau 0,43% dan berada di posisi 11 pemegang saham terbesar PTBA.
Sementara itu, pada perdagangan sebelumnya, saham ini anjlok 6,76 persen membentur batas auto reject bawah (ARB) ke Rp 3.860.
Jika berpatokan pada harga sesi I itu dan dengan asumsi jumlah kepemilikan saham belum berubah, maka nilai kepemilikan Haryanto atas saham PTBA sebesar Rp 127,43 miliar.
Bukit Asam mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 1,16 triliun pada kuartal I-2023, anjlok 48,89% dari Rp 2,27 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Dalam laporan keuangan kuartal I-2023 yang dipublikasikan di situs perseroan, tercatat pendapatan Rp 9,95 triliun yang naik dari sebelumnya Rp 8,20 triliun. Namun, beban pokok pendapatan juga melonjak tajam dari Rp 4,75 triliun ke Rp 7,89 triliun. Sehingga laba bruto perseroan turun dari Rp 3,45 triliun ke Rp 2,05 triliun.
Lalu terdapat beban umum dan administrasi Rp 509,01 miliar, beban penjualan dan pemasaran Rp 189,80 miliar, dan beban lainnya – neto Rp 39,25 miliar. Alhasil laba usaha Rp 1,31 triliun, anjlok dari Rp 2,86 triliun pada kuartal I-2022.
Secara terpisah, Corporate Secretary Bukit Asam, Apollonius Andwie C sempat menjelaskan, berbagai hal yang menjadi tantangan bagi perseroan di tahun ini, di antaranya adalah koreksi harga batu bara, fluktuasi pasar, hingga kondisi geopolitik.
“Harga pokok penjualan mengalami kenaikan, di antaranya karena biaya jasa penambangan, bahan bakar, royalti, angkutan kereta api,” papar dia dalam keterangan resmi.