International Investor Club – PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) menargetkan produksi batu bara sebesar 2,3 juta ton pada tahun 2023. Target ini jauh lebih rendah jika dibandingkan realisasi produksi 2022 yaitu sebesar 3,19 juta ton.
Adapun realisasi produksi dan penjualan emas hitam perseroan telah mencapai 0,52 juta ton hingga kuartal I/2023.
“Sudah kurang lebih 25 persen dari total target produksi 2023,” kata manajemen dalam paparan publik.
Baca Juga: ITMG Target Produksi 17 Ton Batu Bara di Tahun Ini
Target Produksi MBAP

Dalam sajian berita IDX Channel dijabarkan, dari sisi penjualan, pasar domestik masih menyumbang porsi terbesar sebanyak 29 persen, disusul ekspor di Korea Selatan 28 persen, China 17 persen, Filipina 9 persen, Jepang 1 persen, dan negara lainnya sebesar 16 persen.
Selain itu ada pula rencana manajemen MBAP yang tengah mencari peluang diversifikasi bisnis demi memacu pertumbuhan. Kendati penjualan batubara masih menjadi tulang punggung pendapatan, MBAP memiliki pilar bisnis lain melalui anak usaha seperti jasa infrastruktur, perkebungan, hingga agro industri (pertambakan udang).
Perseroan menganggarkan capital expenditure (capex) dan investasi sebesar USD42 juta. Dari jumlah tersebut, 90% bakal dialokasikan untuk pengembangan anak usaha.
Adapun sebagian kas dicadangkan untuk mengeksekusi rencana diversifikasi.
“Mengenai proyeksi kontribusi segmen non-batu bara, perseroan masih melakukan kajian serta mencari peluang diversifikasi,” tandasnya.
Di sisi lain, gangguan terkait iklim terhadap sistem air Hindu Kush-Himalaya yang sangat penting menimbulkan risiko bagi pembangunan ekonomi dan keamanan energi di 16 negara Asia. Tindakan bersama diperlukan untuk melindungi ketersediaan air di tingkat regional.
Wilayah di sekitar 10 sungai utama yang mengalir dari Hindu Kush-Himalaya adalah rumah bagi 1,9 miliar orang dengan ekonomi sebesar USD4,3 triliun dolar AS. Dampak perubahan iklim seperti pencairan gletser dan cuaca ekstrem telah menjadi ancaman besar, demikian ungkap lembaga pemikir China Water Risk.
Kesepuluh sungai tersebut meliputi Sungai Gangga dan Brahmaputra yang mengalir ke India dan Bangladesh, Sungai Yangtze dan Sungai Kuning di Tiongkok, serta jalur air lintas batas seperti Mekong dan Salween.
Sungai-sungai ini juga mendukung hampir tiga perempat pembangkit listrik tenaga air di 16 negara, yang juga mencakup Afghanistan, Nepal dan negara- negara Asia Tenggara.