International Investor Club – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengendus adanya transaksi jual beli surat berharga alias obligasi di pasar modal di bawah harga pasar yang dilakukan oleh PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (PT SMI).
Kepala Eksekutif Pengawasan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Ogi Prastomiyono membenarkan hal tersebut, di mana ada informasi pembinaan teguran atas transaksi jual beli surat berharga di PT SMI.
“Berdasarkan hasil pengawasan OJK terdapat transaksi jual beli surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang diindikasikan di bawah harga pasar dan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” ujarnya dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK.
Baca Juga: OJK Tegaskan Pentingnya Perlindungan Investor Ritel Pasar Modal
OJK Tegur PT SMI

Dalam sajian berita Kontan dijabarkan, Ogi menjelaskan, transaksi tersebut saat ini sedang dalam proses pendalaman oleh pengawas OJK, baik di ranah IKNB maupun di pasar modal. Ogi bilang, pihaknya juga telah mengundang Direksi PT SMI untuk menyampaikan penjelasan mengenai transaksi tersebut.
“Dari diskusi dengan PT SMI terdapat beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dan perbaikan dari PT SMI,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut Ogi, pihaknya meminta PT SMI untuk melakukan evaluasi perbaikan atas kebijakan, khususnya kebijakan warehousing pada jual beli saham berharga dan penyusunan serta penyempurnaan pedoman internal di PT SMI.
Menurutnya, langkah ini diperlukan guna menghindari permasalahan serupa terjadi di kemudian hari.
“Jadi kami menunggu respons dari PT SMI, rekomendasi yang kami sampaikan dan juga hasil pertemuan dengan Direksi PT SMI,” tandasnya.
Sebagai informasi, PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Perseroan ini bergerak di bidang penyedia jasa konsultasi dan jasa pendukung lainnya untuk investor domestik maupun asing.
PT SMI menaungi konsultasi keuangan, strategi, proyek, maupun investasi dan aktivitas lainnya untuk mewujudkan peningkatan investasi dalam bidang infrastruktur.
Di sisi lain, imbal hasil (yield) obligasi Surat Berharga Negara (SBN) bergerak turun menuju level terendah. Yield obligasi dipengaruhi oleh turunnya inflasi dan redanya kenaikan suku bunga.
Director & Chief Investment Officer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula mengatakan, resiliensi Surat Berharga Negara karena kondisi domestik yang lebih kondusif seperti penurunan angka inflasi dan suku bunga Bank Indonesia (BI) diekspektasikan telah mencapai puncak.
Penerbitan SBN rendah sedangkan permintaan akan terus tinggi juga mendukung pasar surat utang domestik. Pasokan obligasi pemerintah menurun di lelang dengan kebutuhan pendanaan bujet defisit yang semakin kecil.